Wednesday, September 14, 2016

HALAL BUAT KAMI, HARAM BUAT TUAN

Ulama Abu Abdurrahman Abdullah Bin Al-Mubarak Al Hanzhali Al Marwazi Ulama terkenal di Makkah yang menceritakan riwayat ini.

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur.

Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua Malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :

“Berapa banyak yang datang tahun ini?”
tanya Malaikat kepada Malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab Malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”

Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.

“Apa?”
ia menangis dalam mimpinya.
“Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

Sambil gementar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua Malaikat itu.

“Namun ada seseorang,
yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”

“Adakah benar”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Sa’id bin Muhafah tukang baiki sepatu di Kota Damsyiq (damaskus sekarang)”

Mendengar ucapan itu, Ulama itu langsung terbangun, Sepulang haji, ia tidak langsung pulang ke rumah, tapi terus menuju ke Kota Damaskus, Syria.

Sampai disana ia terus mencari tukang baiki sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang baiki sepatu ditanya, apa memang ada tukang baiki sepatu yang namanya Sa’id bin Muhafah.

“Ada, di tepi kota”
Jawab salah seorang tukang baiki sepatu sambil menunjukkan arahnya.

Sesampai disana Ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,

“Benarkah anda bernama Sa’id bin Muhafah?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”

Said pun terharu, "tuan adalah Ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”

Sejenak Ulama itu kebingungan, dari mana ia hendak memulakan pertanyaanya, akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.

“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah anda perbuat, sehingga anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”

“Wah , saya sendiri tidak tahu tuan!”
“Cuba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.

Maka Sa’id bin Muhafah bercerita.

“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :

Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika
laka.

Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.

Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis

Ya allah aku rindu Mekah.
Ya Allah aku rindu melihat Kaabah.
Izinkan aku datang…..
Izinkan aku datang ya Allah..

Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyimpan sedikit wang dari hasil kerja saya, sebagai tukang baiki sepatu.

Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya ada 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.

“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Isteri saya hamil, dan sering mengidam.
Waktu saya hendak berangkat saat itu dia mengidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“Ya sayang”
“Cubalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini.
Mintalah sedikit untukku”

"Tuan, saya pun mencari sumber bau masakan itu.
Ternyata baunya datang dari rumah yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.

Saya beritahu padanya bahawa isteri saya teringin masakan yang dia masak, walaupun sedikit.

Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi semula permintaan saya.

Akhirnya dengan perlahan-lahan ia mengatakan :
“Tidak boleh tuan”
“Dijual berapapun saya akan beli”
“Makanan itu tidak dijual tuan” katanya sambil berlinang airmata.

Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini HALAL untuk kami dan HARAM untuk tuan” katanya.

Dalam hati saya:
Bagaimana ada makanan yang Halal untuk dia, tetapi Haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?

Oleh itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keldai mati, lalu kami ambil sebahagian dagingnya untuk dimasak.

“ *Bagi kami daging ini adalah HALAL, kerana andai kami tidak memakannya, kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini HARAM*".

Mendengar pengakuan tersebut , saya menangis dan pulang.

Saya menceritakan kejadian itu pada isteriku, dia pun menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.

“Ini masakan untuk kamu”
Wang peruntukan haji sebanyak 350 dirham pun saya berikan pada mereka.

”Pakailah wang ini untuk kamu sekeluarga.
Gunakan lah sebaiknya, agar engkau tidak kelaparan lagi”

*Ya Allah………disinilah Hajiku*
*Ya Allah……… disinilah Mekahku*.

Mendengar cerita tersebut Abdullah bin Mubarak tidak mampu menahan air matanya.

~Kisah ini memberi hikmah kepada kita, bahawa membantu orang susah disekeliling kita sama nilainya dengan pergi haji di mata Allah.